_Kreatif ala kita_


Kelas bunsay di IIP sudah masuk materi ke9, yakni Menumbuhkan Kreativitas Anak. Kali ini kelas lebih hidup dari pada sebelumnya, why? Kok bisa? Iya, pas sekali dengan tema materi kali ini, ibu Septi memberikan gaya berbeda dalam penyampaian materi dan diskusi. Sebelumnya kami langsung menerima materi utuh, tinggal kunyah-kunyah lalu jika ada yang tidak faham tinggal menyampaikan pertanyaan dan akan dijawab oleh ibu. Untuk metode yang sekarang, kami harus memutar otak lebih banyak, membuka referensi-referensi yang lain, dan merenungkan serta menuliskan materi dari  sudut pandang kami. It's a wowh. Susah tapi menyenangkan. Hehe


Awalnya ibu memberikan materi pengantar berupa tulisan dari Kreshna Aditya, isinya menyatakan bahwa anak-anak sejatinya terlahir kreatif. Mereka punya rasa ingin tau yang besar, tidak mengenal tidak mungkin dan tidak takut salah. Sayangnya, seringnya para orang tua yang menghambat bahkan mematikan kreativitas mereka.

Kalau dipikir-pikir betul juga apa yang disampaikan didalam tulisan tersebut. Selama ini anak-anak selalu berkreasi dan berimajinasi dan menghasilkan sesuatu yg wowh. Wowh nya bisa jadi bagi orang dewasa adalah hal sepele, tapi kalau kita mau mengamati sebenarnya itu adalah hal yang luar biasa untuk usia mereka dan bisa jadi hal kecil tersebut akan menjadi pijakan-pijakan menuju puncak kreativitas mereka kelak.
Contohnya saat anak ingin meraih sesuatu tapi tidak sampai, ia mencari dan menyusun benda-benda untuk dijadikan pijakan agar tinggi. Itu artinya mereka berusaha mencari solusi atas apa yang mereka alami.
Kadang benda-benda ia susun, dan dia excited banget, "Ma, lihat! Aku berhasil membuat jembatan", teriaknya  girang. Eh terkadang orang tuanya malah meremehkan dan tidak mengapresiasi atau terkadang bilang "iya bagus ya nak" tapi sambil nyuci piring. It's a big no to do, parents! Yuk dekati, lihat dan apresiasi hasil karya yang mereka lakukan.

Kalau berdasarkan tulisan Kresna Aditya, apa yang seharusnya ortu lakukan untuk tetap menjaga kreativitas anak adalah dengan memberikan lebih banyak dorongan, mencintai tanpa syarat, menghargai keunikan anak, dan memberikan dunia untuk dijelajahi.

Lanjut tentang proses belajar di kelas. Setelah materi pengantar diberikan, ibu mempersilakan kami untuk mencari referensi-referensi sebagai bahan diskusi di kelas. Sehingga benar saja, saat jadwal diskusi tiba, kelas jadi ramai sekali, ramai dengan tanya jawab dan refleksi atas apa yang telah kami (orang tua) lakukan selama ini dalam membersamai ananda untuk menumbuhkan kreativitas mereka.

Apasaja yang perlu kita lakukan dalam membersamai ananda:
1. Ubah fokus, geser sudut pandang kita
2. Don't assume; kita seharusnya tidak terburu membuat pernyataan berdasar asumsi kita atas apa yang anak-anak lakukan, tapi perbanyak pertanyaan agar anak menyampaikan secara clear dan tugas kita adalah clarify.
3. Outside the  box thinking; jangan batasi anak sebatas pemikiran dan pengalaman kita saja, biarkan anak berpikir berbeda dari apa yang kita alami.
Lalu, proses kreativitas apa yang bisa kita lakukan bersama ananda, yakni evolusi, sintetis, dan revolusi. Ketiga proses tersebut adalah proses alamiah anak, tugas orangtua adalah mendampingi dan mendorong, bukan menghambat bahkan mematikannya.


Kreativitas versi saya 😄
Setelah melakukan perenungan dan buka2 kitab, hehe..
Kreatif adalah (1) menghasilkan sesuatu yang baru, (2) memunculkan solusi. Kuncinya adalah melihat sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda, melihat sesuatu sebagai sebuah tantangan dan peluang. Hasil dari ide kreatif tak selalu berupa benda, tetapi bisa juga berupa perilaku. 
Contoh ide kreatif yang menghasilkan benda: ananda suka makan mie, tapi dia tidak suka makan sayur. Orang kreatif akan melihat itu sebagai sebuah tantangan untuk dicari solusinya. Muncullah ide "aha" membuat nugget tahu keriting. Sayur diiris/diparut kecil2 dicampur dengan tahu yang dihaluskan, kemudian dibalur dengan mie 😁

Contoh ide kreatif yang memunculkan perilaku adalah ketika ananda rewel dan dia dibentak kok malah tambah nangis, itu namanya tidak memunculkan solusi yang tepat. Tapi orang kreatif akan mencari cara untuk menenangkan dengan mencari sumber kenapa rewel, misalnya karena dia bosan maka solusinya adalah membuat permainan menyenangkan bersama ananda.

Well, setelah mencari sumber referensi tentang kreativitas, saya menemukan referensi yang menurut saya bagus dan membuat saya ingin mendalami dan mengaplikasikan ke dalam pola pendidikan di keluarga kami. Materi dalam diskusi tersebut disampaikan oleh Bang Ical (Ahmad Ferzal) di grup Hebat Community. Konsep yang disampaikan adalah peta panduan kreatif ala keunikan diri masing-masing dengan rumus Emisol - Melingkar Mekar (Empati Imajinasi Solusi ulangi). Saya kutip masing-masing pengertiannya seperti yang disampaikan oleh pemateri;
Empati (menyerap) adalah kegiatan berkehendak (niat tulus) yang dilakukan dengan antusias dan rasa penasaran yang tinggi untuk mau menyerap semua masukan dari panca indera. 
Imajinasi (mengolah), merupakan kegiatan berpikir dan membuka wawasan untuk menghubungkan hasil serapan dengan kegiatan sehari-hari.
Solusi (menyajikan), menerapkan hasil dari olahan yang kita fikirkan. Tahapan yang di dorong rasa penasaran untuk mencoba dan membuka pintu hikmah dan kebijaksanaan.
Konsep ini menurut saya keren sekali dan membuat saya terbangun. Seringnya saya bingung di planning ini itu dalam membersamai ananda, tapi malah minim dalam hal eksekusi. Padahal kuncinya sederhana, main aja sama anak, terus serap dan amati kejadian-kejadian bersama ananda sehari-hari lalu olah dan temukan solusi dan uji cobakan lagi serap lagi olah lagi uji cobakan lagi terus melingkar lagi tahapannya. Hasilnya tak selalu sekali langsung berhasil, justru proses berfikir dan menemukan solusi-solusi yang lain inilah yang disebut kreatif. Saya benar-benar menemukan konsep "aha" disini. 😍 
Tambahan dalam konsep ini menurut saya adalah dalam tahapan imajinasi (olah) diperlukan adanya informasi yang benar atau tepat untuk mendapatkan solusi yang tepat.


Lantas apakah dalam membersamai ananda menumbuhkan kreativitas berarti membebaskan tanpa batas? Saya sependapat dengan yang disampaikan oleh Abah Ihsan untuk memberikan kebebasan kepada anak karena kebebasan merupakan hak anak dengan syarat;
1. Tidak membahayakan dirinya. Bukan berarti semua hal yang terlihat berbahaya tidak boleh atau kita larang, misal berlatih memotong sayuran untuk anak usia 3 tahun yang sedang dalam fase latihan mandiri. Pisau berbahaya bagi ananda bukan berarti kita melarang mereka memegang pisau tapi dampingi ananda dan berikan penjelasan cara menggunakannya serta apa yang harus dilakukan saat terkena pisau (managemen resiko).
2. Tidak membahayakan orang lain.
3. Tidak melanggar aturan agama.

Setiap anak terlahir kreatif. Orangtua yang harus mengubah diri agar layak mendampingi para creator di jamannya. Itu adalah kata2 yang disampaikan bu Septi di akhir sesi diskusi di kelas. Dan setelah saya membaca dan merenungkan materi di kelas dan referensi-referensi yang lain, kini saya menjadi ibu yang lebih percaya diri dalam membersamai ananda, dan akan lebih banyak mengapresiasi setiap hal kecil yang kami lakukan bersama.
Kalau kata bang ical, jika ada yang tanya siapa yang kreatif? buru2 angkat tangan dan katakan saya 😁


📚 Sumber Bacaan/sumber inspirasi:

1. _http://www.bincangedukasi.com/menjaga-anak-tetap-kreatif/_

2. _Diskusi kelas kreativitas bunda sayang Ibu Profesional, bersama Ibu Septi Peni Wulandani, 2017_

3. _Bunda Sayang 12 ilmu dasar mendidik anak, komunitas IIP, Gazza Media, 2013_

4. _7 kiat orang tua Shalih menjadikan anak disiplin dan bahagia, Ihsan Baihaqi, Mizania, 2015_

5. _Diskusi Emisol melingkar mekar Hebat Community bersama Bang Ahmad Ferzal, 2017_

6. _Hasil perenungan tentang pola kreativitas di dalam keluarga (an Nahl Family), 2017_
X


#kelasBundaSayang
#InstitutIbuProfesional
#ThinkCreative

Komentar